BAB1 Pendahuluan
Latar Belakang
Terbentuknya negara
Indonesia dilatar belakangi oleh perjuangan seluruh bangsa. Sudah sejak lama
Indonesia menjadi incaran banyak negara atau bangsa lain, karena potensinya
yang besar dilihat dari wilayahnya yang luas dengan kekayaan alam yang banyak.
Kenyataannya ancaman datang tidak hanya dari luar, tetapi juga dari dalam.
Terbukti, setelah perjuangan bangsa tercapai dengan terbentuknya NKRI, ancaman
dan gangguan dari dalam juga timbul, dari yang bersifat kegiatan fisik sampai
yang idiologis.
Meski demikian,
bangsa Indonesia memegang satu komitmen bersama untuk tegaknya negara kesatuan
Indonesia. Dorongan kesadaran bangsa yang dipengaruhi kondisi dan letak
geografis dengan dihadapkan pada lingkungan dunia yang serba berubah akan
memberikan motivasi dlam menciptakan suasana damai yang nyaman untuk di
tinggali oleh umat manusia di seluruh dunia.
Rumusan Masalah
Dalam Makalah kali ini
saya akan membahas ketahanan nasional dengan mengacu pada aspek ketahanan
pangan indonesia dengan rumusan masalah sebagai berikut :
·
Strategi yang tepat untuk mencapai swasembada pangan yang merupakan aspek
terpenting dalam ketahanan pangan
·
Melemahnya sektor pertanian yang merupakan tulang punggung ketahanan pangan
negara
·
Tingginya tinggkat import sehingga membuat harga bahan pangan di dalam negeri
tidak stabli.
Tujuan Penulisan.
·
Siswa dapat mengetahui proses atau cara untuk kembali menstabilkan kondisi
sektor pertanian.
·
Siswa dapat Mengetahui tingkat kestabilan harga pangan di indonesia
BAB 2 PEMBAHASAN
Menko Kesra R.
Agung Laksono memberikan apresiasi dan menganggap penghargaan ini
merupakan kebanggaan bagi Indonesia. Menurutnya, sejak tahun 1985 Indonesia
memang sudah mendapatkan penghargaan sebagai salah satu negara yang berhasil
mengurangi impor, dan menjadi negara swasembada pangan. Selain karena
keberhasilan masa lalu, Menko Kesra menilai, FAO juga melihat target-target
Indonesia dalam hal ketahanan pangan ke depan.
"Memang diakui masih banyak kekurangan di bawah, tetapi penghargaan ini patut kita apresiasi. Ini kebanggaan bagi kita, karena hanya 35 negara yang berhasil, dan kita adalah salah satunya,” kata Menko Kesra usai jamuan makan malam dengan Dirjen FAO Graziano da Silva, Minggu (26/5/2013) malam.
Meko Kesra mengatakan, secara absolut kasus malnutrisi masih banyak. Namun, dibanding sekitar tahun 1990 lalu, penurunan yang dilakukan Indonesia cukup signifikan. Misalnya angka kemiskinan sebagai penyebab kelaparan dan malnutrisi meskipun tingkat penurunannya lamban, tetapi turun dari 20% lebih menjadi 11,66% di tahun 2012. Adapun gizi kurang turun dari 8,5% dari total seluruh balita (1990) menjadi 5% tahun 2012.
Dalam kesempatan itu pula, Menko Kesra memaparkan soal kondisi dan target-target Indonesia dalam hal ketahanan pangan. Di antaranya, Menko Kesra memaparkan, program disversifikasi pangan di Indonesia harus dikembangkan lebih lanjut. Meskipun sumber daya pangan lokal Indonesia berlimpah, seperti ubi jalar, singkong, sagu, dan sektor perikanan serta produk turunannya, selain tanaman pangan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai.
Ia mengatakan, FAO memiliki peran strategis dan keunggulan komparatif di bidang pertanian yang luas, termasuk kehutanan, lingkungan, perikanan, dan sumber daya alam. Ini akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemberantasan kelaparan di tingkat global, khususnya Indonesia.
“Indonesia akan memperkuat kolaborasi dengan FAO untuk meningkatkan kontribusi Indonesia dalam mencapai program ketahanan pangan global,” kata Meko Kesra menambahkan.
Ada empat kegiatan utama kerjasama FAO dengan Kemko Kesra, di antaranya adalah mengurangi kerentanan bencana dan dampak perubahan iklim di Asia untuk perikanan dan akukultur, dan pelaksanaan pandu gerbang kampung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui budi daya rumput laut di NTT.
MGDs Tercapai, Indonesia Raih Penghargaan FAO
Negara Indonesia mendapatkan penghargaan dari Food and Agriculltura Organisation (FAO) atau Badan Pangan dan Pertanian PBB, yang akan diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekitar 16 Juni mendatang.
Penghargaan ini sebagai apreasiasi PBB terhadap Indonesia yang dinilai berhasil mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015, khusus target pertama yakni mengurangi angka kelaparan dan malnutrisi.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal FAO Graziano da Silva seusai jamuan makan malam dengan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) HR. Agung Laksono, dalam rangka kunjungan kerja pertamanya ke Indonesia, di Jakarta, Minggu (26/5/2013). Graziano diagendakan berada di Indonesia selama 26-28 Mei, dan akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden SBYd an melakukan joint meeting dengan Menko Kesra, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Menteri Lingkungan Hidup, serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Graziano mengatakan, Indonesia dua tahun lebih cepat melampaui target MDGs, khusus target untuk menurunkan angka kelaparan dan kurang kizi. Indonesia termasuk 35 negara dari 189 yang mendapatkan penghargaan karena mencapai target MDGs, di samping Brazil, Tiongkok, Amerika latin, dan Vietnam.
“Dari hasil pengamatan kami negara-negara ini berhasil menggabungkan pertanian dengan perlindungan sosial, sehingga cepat mencapai target. Selanjutnya kami berharap negara-negara ini bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam hal ketahanan pangan, dan ke depan bisa membantu mereka untuk mencapai hal yang sama,” katanya.
Selanjutnya, Graziano mengimbau agar target yang belum tercapai seperti masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan akses air bersih bisa menjadi cambuk bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan upaya penanggulangan.(Sp/Gs).
"Memang diakui masih banyak kekurangan di bawah, tetapi penghargaan ini patut kita apresiasi. Ini kebanggaan bagi kita, karena hanya 35 negara yang berhasil, dan kita adalah salah satunya,” kata Menko Kesra usai jamuan makan malam dengan Dirjen FAO Graziano da Silva, Minggu (26/5/2013) malam.
Meko Kesra mengatakan, secara absolut kasus malnutrisi masih banyak. Namun, dibanding sekitar tahun 1990 lalu, penurunan yang dilakukan Indonesia cukup signifikan. Misalnya angka kemiskinan sebagai penyebab kelaparan dan malnutrisi meskipun tingkat penurunannya lamban, tetapi turun dari 20% lebih menjadi 11,66% di tahun 2012. Adapun gizi kurang turun dari 8,5% dari total seluruh balita (1990) menjadi 5% tahun 2012.
Dalam kesempatan itu pula, Menko Kesra memaparkan soal kondisi dan target-target Indonesia dalam hal ketahanan pangan. Di antaranya, Menko Kesra memaparkan, program disversifikasi pangan di Indonesia harus dikembangkan lebih lanjut. Meskipun sumber daya pangan lokal Indonesia berlimpah, seperti ubi jalar, singkong, sagu, dan sektor perikanan serta produk turunannya, selain tanaman pangan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai.
Ia mengatakan, FAO memiliki peran strategis dan keunggulan komparatif di bidang pertanian yang luas, termasuk kehutanan, lingkungan, perikanan, dan sumber daya alam. Ini akan memberikan kontribusi yang signifikan dalam pemberantasan kelaparan di tingkat global, khususnya Indonesia.
“Indonesia akan memperkuat kolaborasi dengan FAO untuk meningkatkan kontribusi Indonesia dalam mencapai program ketahanan pangan global,” kata Meko Kesra menambahkan.
Ada empat kegiatan utama kerjasama FAO dengan Kemko Kesra, di antaranya adalah mengurangi kerentanan bencana dan dampak perubahan iklim di Asia untuk perikanan dan akukultur, dan pelaksanaan pandu gerbang kampung untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui budi daya rumput laut di NTT.
MGDs Tercapai, Indonesia Raih Penghargaan FAO
Negara Indonesia mendapatkan penghargaan dari Food and Agriculltura Organisation (FAO) atau Badan Pangan dan Pertanian PBB, yang akan diterima Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sekitar 16 Juni mendatang.
Penghargaan ini sebagai apreasiasi PBB terhadap Indonesia yang dinilai berhasil mencapai Millenium Development Goals (MDGs) 2015, khusus target pertama yakni mengurangi angka kelaparan dan malnutrisi.
Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal FAO Graziano da Silva seusai jamuan makan malam dengan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) HR. Agung Laksono, dalam rangka kunjungan kerja pertamanya ke Indonesia, di Jakarta, Minggu (26/5/2013). Graziano diagendakan berada di Indonesia selama 26-28 Mei, dan akan melakukan kunjungan kehormatan kepada Presiden SBYd an melakukan joint meeting dengan Menko Kesra, Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal, Menteri Lingkungan Hidup, serta Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.
Graziano mengatakan, Indonesia dua tahun lebih cepat melampaui target MDGs, khusus target untuk menurunkan angka kelaparan dan kurang kizi. Indonesia termasuk 35 negara dari 189 yang mendapatkan penghargaan karena mencapai target MDGs, di samping Brazil, Tiongkok, Amerika latin, dan Vietnam.
“Dari hasil pengamatan kami negara-negara ini berhasil menggabungkan pertanian dengan perlindungan sosial, sehingga cepat mencapai target. Selanjutnya kami berharap negara-negara ini bisa menjadi contoh bagi negara lain dalam hal ketahanan pangan, dan ke depan bisa membantu mereka untuk mencapai hal yang sama,” katanya.
Selanjutnya, Graziano mengimbau agar target yang belum tercapai seperti masih tingginya angka kematian bayi, angka kematian ibu, dan akses air bersih bisa menjadi cambuk bagi pemerintah Indonesia untuk meningkatkan upaya penanggulangan.(Sp/Gs).
BAB 3 Kesimpulan
Dari pernyataan di
atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa untuk mencapai kestabilan ketahanan
pangan di indonesia kita harus menerapkan beberapa cara seperti berikut :
v Mengerangi kebijakan import yang berlebihan
sehingga kebijakan import yang di capai bisa efektif dan efisien.
v Meningkatkan sektor pertanian dan perikanan
serta perternakan dan perkebunan yang merupakan front line dari pada ketahanan
pangan nasional tersebut
Tidak ada komentar:
Posting Komentar